content top

Jumat, 22 Juli 2011

PERTARUNGAN YANG TAK PERNAH BERAKHIR

Namun meskipun sudah lebih 100 tahun perdebatan antara syaikh ahmad khatib dengan kaum tarekat di minangkabau, persoalan ini tidak pernah berakhir dengan berlalunya waktu. Bahkan Arena peperangan dari waktu ke waktu tidak berubah, yaitu peperangan intelektual dan pengaruh. Dimana masing-masing musuh dari berbagai golongan berlomba-lomba mengambil pengaruh terhadap lembaga kekuasaan ataupun media massa untuk menyuarakan keyakinan-keyakinan mereka.

Dalam Koran harian Padang Ekspres, jumat 22 juli 2011 diberitakan kalau salah satu musuh terbesar kaum sufi adalah salafi, seperti yang mereka tulis,

“ kondisi sekarang, ajaran Islam yang dibawa kaum sufi dihadapkan pada dua kutub yang berbahaya. Yakni radikalisme, wahabisme dan salafisme yang menfatwakan tasawuf sebagai bid’ah. Dan kelompok liberal dan serta sekuler yang dapat melemahkan jiwa keislaman. Demikian pointer penting acara konferensi sufi internasional (Al-Multaqo As-Shufy al-‘Alami) akhir pecan lalu di hotel Borobudur Jakarta.

Konferensi ini dihadiri ulama sufi berbagai belahan dunia. Antara lain syekh Hisyam kabbani tokoh ulama dari Amerika Serikat, Syekh Muhammad Fadlil al-Jaelani (Turki), syekh Jibril Fuad al-haddad (Brunei Darussalam), dan Prof Tonaga (Jepang)
Ketua persatuan TArbiyah Islamiyah sumbar, H Boy Lestari Dt Rajo Palindih (Mursyid Tarekat naqsyabandiyah) bersama Prof Duski Samad ( mewakili syekh syatariah Sumbar) dan Prof Salmadanis (ketua tarekat mu’tabarah Indonesia Sumbar) mendapat kehormatan diundang dalam konferensi internasional tersebut. (Koran harian Padang Ekspres, jumat 22 juli 2011)."

Hal ini menjadi jelas bahwa permusuhan antara pengikut salaf dan kaum sufi tidak akan pernah berakhir. Karena memang keyakinan pengikut salaf dan pengikut kaum sufi berada di kutup yang berbeda. Baik dari segi keyakinan maupun ibadah.

Kamis, 21 Juli 2011

SYAIKH AHMAD KHATIB DAN MINANGKABAU 1

Syaikh Ahmad Khatib dilahirkan dari kalangan agama dan adat yang kuat. Pendahulu-pendahulunya disamping pemuka agama juga ada yang menjadi pemuka adat. Tetapi kecenderungan untuk lebih mendahulukan agama daripada adat telah menonjol dari pihak keluarga ayah ahmad khatib. Keluarga ini sangat memikirkan kemajuan anak-anak mereka.

Menurut adat minangkabau harta pusaka diwariskan kepada kemenakan, bukan kepada anak sesuai dengan ajaran Islam. sedangakn kemanakan laki-laki hanya menjadi pembantu saja dalam menggarap dalam memelihara harta pusaka itu.

Ia hanya memperoleh sebagian hasil sebagai upah pekerjaannya. padahal menurut ajaran Islam, harta pusaka diwariskan kepada anak sendiri dengan ketentuan anak laki-laki memperoleh bagian yang lebih besar daripada anak perempuan. Jadi jelas adanya perbedaan/pertentangan antara peraturan adat dengan peraturan agama dalam hal warisan di minangkabau.

Pengetahuan agama yang diperoleh Ahmad Khatib telah membentuk sikapnya yang tegas terhadap adat-istiadat minangkabau yang berdasarkan sistem kekeluargaan matriarkat itu.

beliau sangat menentang ada, terutama dalam hal warisan. tantangannya terhadap adat ini bahkan lebih keras daripada tantangannya terhadap tarekat naqsyabandi.

Beliau menulis dua buah buku mengenai harta pusaka ini, yaitu; "Al-Da'i al-masmu' fi 'il-radd 'ala yuwarritsu' ;-ikhwahwa awlad al-akhawat ma'a wujud al-ushul wa'l-furu' " yang artinya "seruan yang di didengar dalam menolak perwarisan kepada saudara dan anak-anak saudara perempuan beserta dasar dan perincian". ditulis dalam bahasa arab dan dicetak di mesir pada tahun 1309 H.

Menurut keterangan B.J.O.Schirieke masih ada publikasi-publikasi lain dari ahmad khatib yang menyinggung masalah warisan ini. mengenai ini ia menunjuk buku Al-Ajat al-Bayyinat halaman 15. buku yang ditujukan Ahmad Khatib kepada seorang ulama tradisi pembela tarekat yang bernama Syaikh Sa'ad Mungka.

(Drs.Akhria Nazwar; Syekh Ahmad Khatib, Ilmuwan Islam Dalam Permulaan Abad Ini hal 22-23)

Sabtu, 16 Juli 2011

SYAIKH AHMAD KHATIB DAN TAREKAT

Ahmad khatib semula dididik di dalam pikiran tarekat naqsyabandi di daerah asalnya. tetapi setelah memperdalam pengetahuan agama dan hukum islam di mekah ia sangat mengecam dan menentang praktek tarekat di negerinya. ahmad khatib sangat dipengaruhi pelajaran agama yang di perolehnya. ajaran tersebut telah mendorongnya untuk berusaha membersihkan agama islam dari berbagai praktek yang tidak pernah ada pada masa Rasul dan para shahabat serta dari berbagai unsur baru yang timbul karena perkembangan tarekat.

menurutnya ke dalam tarekat naqsyabandi telah masuk bid'ah yang tidak terdapat pada masa Rasul dan para sahabat dan tidak pernah diamalkan oleh imam mahzab yang empat. seperti menghadirkan gambar/rupa guru dalam ingatan ketika mulai suluk - sebagai perantara kepada Tuhan.

beliau mengatakan perbuatan serupa itu sama saja dengan penyembahan berhala yang dilakukan oleh orang-orang musyrik. karena rupa guru yang dihadirkan dan berhala-berhala yang dibuat oleh manusia tidak memberikan manfaat dan mudharat kepada manusia.

penolakan ahmad khatib terhadap praktek tarekat naqsyabandi di minangkabau di ungkapkan dalam buku yang berjudul "Izhar Zughal al-Kadzibin" yang artinya menjelaskan kekeliruan para pendusta. buku yang dikarang oleh ahmad khatib untuk menjawab pertanyaan muridnya haji abdullah ahmad di padang panjang.
bukut tersebut telah sampai di minangkabau tahun 1906.

kemudian ahmad khatib menulis beberapa buku lagi mengenai naqsyabandi, tetapi bukan lagi untuk menjawab pertanyaan, melainkan utuk menghadapi tantangan. buku "Izhar Zughal al-Kadzibin" telah memancing polemik diantara pembela tarekat.

(Drs.Akhria Nazwar; Syekh Ahmad Khatib, Ilmuwan Islam Dalam Permulaan Abad Ini hal 20 -21)

Minggu, 10 Juli 2011

ASAL-MUASAL PERANG PADERI 2

Dua peristiwa yang menyebabkan tuanku nan renceh merubah sikapnya menajadi keras dan menebarkan "perang agama" adalah:

1. pengaduan perampasan barang dagangan tuanku tarabi, orang koto baru. ia melaporkan kepada sidang jamaah tuanku nan renceh. menanggapi laporan itu tuanku nan renceh dan orang banyak menyerang negeri yang merampas barang dagangan tuanku turabi.

2. orang bukit batabuah menahan 5 orang kemenakan tuanku nan renceh yang dilarikan ke bukit batabuah. faqih sagir menyaksikan peristiwa itu dan berkeja-kejaran dalam usaha mengembalikannya, namun ia tak kuasa menghadapi orang banyak itu.

3. ketika faqih saghir dan tuanku nan tuo berdamai dengan belanda. tuanku nan tuo mengizinkan belanda membuat benteng gedung batu dan faqih sagir bergelar tuanku samik menjadi regen agam.

akhirnya tuanku nan renceh mengumandangkan ajaran jihad dari surau bansa, di kamang. ia dibantu oleh tuanku haji sumanik yang mengajarkan mempergunakan persenjataan. tuanku nan renceh pun menawan pula dua orang bukit batabuah. negeri-negeri di sekitarnya seperti kamang, tilatang, padang tarab, ujung guguk, canduang, kemudian matur dan lima puluh di serangnya. dengan badannya yang kurus tinggi dan pandangan mata yang menyala, ia memberi contoh bagaimana ajaran agama di jalankan tanpa tawar-menawar.

Masyarakat muslim yang ingin ditegakkan nya adalah masyarakat muslim yang tidak mengenal menyabung ayam, minuman keras, menghisap candu. siapa yang tidak taat dihukum dan diserangnya.

(Drs. H. syafnir Aboe Nain Dt. Kando Marajo; Tuanku Imam Bonjol, Sejarah Intelektual Islam di Minangkabau (1784 -1832) hal 38)

Sabtu, 09 Juli 2011

TUANKU HAJI MISKIN, PENABUR BENIH PEMBAHARUAN 3

Haji miskin meninggalkan pandai sikek dan pindah ke koto laweh, suatu desa di kaki gunung singgalang. bersama haji miskin, faqih saghir menerapkan hukum syariat pendamping adat minangkabau. kemudian ia pindah ke daerah IV koto yang berbatasan dengan agam bagian selatan. haji miskin ingin menerapkan tuntunan hidup berlandaskan kaidah agama dalam setiap sikap hidup.

pada tahun 1807, haji miskin pindah ke bukit kamang. bersama tuanku nan renceh ia merencana gerakan pembaruan padri bersama tuanku nan salapan. pada saat itu pula tuanku bandaro bersama peto syarif datang bersama ke surau bansa di kamang, belajar sendiri hakikat pembaruan yang dilaksanakan tuanku nan renceh bersama tuanku haji miskin.

sesudah diam di kamang bersama tuanku nan renceh, tuanku haji miskin pindah ke air terbit, ke surau sungai landai. haji miskin melanjutkan usaha pembaruan di luhak limapuluh (1811). ia berangkat ke ranah ini untuk menggugah para ulama agar menyebarkan ajaran baru itu. ia berhasiil pula menggerakkan hati malin putih di air tabik untuk melakukan pembaharuan, suatu hal yang berhasi dengan baik. penduduknya lemah lembut dan mudah menerima pembaruan itu. ia berhasil pula membawa masyarakat untuk mendirikan agama Allah.

(Drs. H. syafnir Aboe Nain Dt. Kando Marajo; Tuanku Imam Bonjol, Sejarah Intelektual Islam di Minangkabau (1784 -1832) hal 36-37)

Posting Lama » Beranda
content top